Kamis, 07 Januari 2010

SEJARAH SINGKAT HIMBOJA

sebagian peserta mubes bersantai poto basamo di depan villa

Berangkat dari sekelompok kecil mahasiswa yang ingin menyusun agenda perubahan bagi daerah asalnya, kabupaten Bungo, sebuah ide biasa (tapi sering manjur) untuk membentuk sebuah wadah himpunan mahasiswa yang berafiliasi dengan Bungo pun muncul ke permukaan. Ide tersebut ada berawal dari kegelisahan hati beberapa individu yang pada saat itu ingin menuangkan gagasan kreatif mereka, tetapi tidak ada wadah resmi untuk itu. Tahu dan sadar akan pentingnya sebuah wadah resmi, ide tentang pembentukan himpunan mahasiswa Bungo pun mulai disentuh dengan serius.

Di suatu malam pertengahan tahun 2008, sekelompok muda mahasiswa dari beberapa institusi perguruan tinggi mulai berkumpul di sebuah kosan untuk membicarakan ide pembentukan himpunan mahasiswa Bungo lebih lanjut. Mereka adalah;: Budi Kurniawan (Lubuk kayu Aro. UIN), Wahyudin (Senamat Ulu. UIN), Ari Primadasa (Senamat Ulu. APP), Armidis (Limbur Lubuk Mengkuang. UIN), Dedi Efendi (Pelayang, UIN), Suhendri (Rantau Ikil. UIN), Bambang Nurdiansyah (Limbur Lubuk Mengkuang, UIN), dan Zamroni Ibrahim (Bedaro. UIN).

Pembicaraan hangat mengenai pembentukan himpunan mahasiswa Bungo yang kelak bernama HIMBOJA ini pun mulai melenyapkan kesunyian. Pembicaraan tersebut, terus terang tak selalu mudah mengalir begitu saja. Ada banyak “kata” yang masuk mempertanyakan urgensi pembentukan wadah perhimpunan ini. Tak mudah? Tentu saja, dalam benak dan ingatan mereka yang hadir pada saat itu—yang rata-rata sudah semester “banyak—masih menyisakan rasa apatis tentang kemandekan sebuah wadah himpunan Jambi yang mereka ikuti sebelumnya, Imaji. Tapi rasa apatis yang cenderung mempertanyakan ide—yang sebenarnya bagus itu—bisa terjawab. Dan, rasa optimis terlihat pada diri mereka yang hadir dalam pertemuan skala kecil tersebut. Pertemuan mengahasilkan kesepakatan. Dalam waktu dekat, mau tak mau,. apapun yang menjadi penghalang, sebuah wadah resmi himpunan mahasiswa Bungo Jabodetabek harus segera dibentuk. Sebuah keputusan yang benar dan bersemangat. Semua yang hadir, dua tangan terkepal dengan satu kata “sepakat” mengiyakan.

Follow up dari pertemuan tersebut, dalam hal-hal yang kecil memang berjalan. Namun, untuk hal yang besar yang menandakan secara positif wadah perhimpunan akan segera terbentuk masihlah mengalami kendala. Jauh dari harapan dan kesepakatan sebelumnya. Ada interval berbulan-bulan rencana tersebut sempat stagnan. Beku. Masalahnya klasik, para pencetus dan pendukung ide pembentukan tersebut sibuk dengan kesibukan kuliahnya masing-masing. Walaupun begitu, ide tentang pembentukan wadah mahasiswa Bungo masih tetap hangat dan populer. Buktinya, setelah sempat stagnan dalam masa yang cukup lama tersebut, lembaran kerja kembali dibuka. Ada semangat baru, dan ada pula jalan baru yang menyebarkan rasa optimis di antara mereka semua.

Semangat baru dan ide segar muncul di awal Tahun 2009. Di awal tahun tersebut rencana kerja dibahas kembali. Ada banyak analisa di sana. Seperti konsep wadah keorganisasian yang belum matang, atau persiapan acara yang sangat minim, sedangkan kendala banyak. Di awal tahun, mereka memang lebih banyak menyatukan pendapat, menampung semua aspirasi mahasiswa Bungo yang ada dan terlacak oleh tim pembentukan. Tentu sembari terus berburu informasi tentang keberadaan mahasiswa Bungo lainnya di seluruh Jabodetabek. Kalau dilihat sekilas, prosesnya memang panjang, tapi itulah realitanya.

Kemudian, setelah melewati paruh tahun 2009, setelah bermacam persiapan dan pematangan konsep, Mubes diputuskan dilaksanakan pada tanggal 12-13 Desember 2009. Masa sosialisasi pun dimulai. Dan, tugas sosialisasi jatuh kepada Dedi Efendi, salah seorang tim pembentuk yang ramah, supel dan pandai bergaul. Di “radar telinganya-lah keberadaan-keberadaan mahasiswa Bungo di seluruh Jabodetabek bisa terlacak. Tugas yang agak berat sebenarnya untuk seorang seorang Dedi Efendi sebagai penanggungjawab sosialisasi, namun, tugas itu dapat ia jalankan dengan baik.

Setelah semua sosialisasi berjalan dan mendapatkan banyak tanggapan dari mahasiswa Bungo yang dihubungi, hari keberangkatan menuju tempat acara, yakni di Puncak, Bogor, pun tiba-lah sudah. Sekitar pukul 15.00 WIB, tanggal 12 Desember 2009, peserta berangkat melalui dua jalur. Para peserta yang ada sekitar Jabodetabek—kecuali Bogor, berkumpul di Ciputat, berangkat bersama. Sedangkan mereka yang berada di Boror (yang berkuliah di sekitar Bogor) menunggu di pintu tol keluar Ciawi. Di samping itu, ada pula beberapa kelompok kecil yang hanya berangkat memakai sepeda motor, tentu setelah mereka tahu alamat villa tempat acara dilaksanakan.

Acara MUBES diselenggarakan tepat pada pukul 20:00, setelai dimulai dengan perkenalan singkat peserta yang hadir sebelumnya. Sidang MUBES secara resmi dibuka oleh pimpinan sidang yang dipimpin oleh Budi Kurniawan, M Kholil sebagai sekretaris sidang, dan Bambang Nurdiansyah sebagai wakil sekretaris sidang.

Sidang berlangsung hingga pukul 03:-00 pagi. Pada tahap awal sidang dibagi kepada empat komisi. Komisi A membahas masalah Anggaran Dasar (AD). Komisi B membahas Anggaran Rumah Tangga (ART). Komisi C membahas Garis Besar Haluan Organisasi (GBHO). Sedangkan komisi D membahas Rekomendasi. Pada tahap sidang komisi ini setiap peserta Mubes tenggelam dalam pembahasan komisi mereka masing-masing.

Barulah setelah beberapa lama waktu, paripurna pun diselenggarakan. Di sidang paripurna inilah semua suara tercurah. Semua tampak paham di sidang paripurna inilah tonggak dasar himpunan (organisasi) mereka akan ditentukan. Untuk masalah nama organisasi saja misalnya, memakan waktu kisaran jam. Tampaknya peserta Mubes sangat paham bahwa nama itu penting dan menentukan. Ada banyak nama yang masuk. Komisi A yang bertugas membahas Anggaran Dasar mengusulkan nama Himabo (Himpunan Mahasiswa Bungo), mereka memang mendapat suara dukungan untuk nama tersebut. Tapi yang tidak mendukung lebih banyak lagi. Ada yang tidak setuju dengan nama Himabo karena sudah dipakai oleh himpunan mahasiswa Bungo di daerah lain. Begitu juga dengan HMB (himpunan Mahasiswa Bungo), ketidaksetujuan mayoritas peserta sama dengan penolakan Himabo tadi. Lalu ada sejumlah nama lain yang masuk. Sebutlah semisal Ikamboja (Ikatan Mahasiswa Bungo Jabodetabek. Nama Ikamboja ini diusulkan oleh Wahyudin, dan banyak mendapat dukungan dari rata-rata peserta puteri. Mungkin karena Wahyudin orangnya ganteng (?). Adapula yang mengusulkan IKAB, KBMB, dan lain-lain. Seperti nama-nama lain yang muncul, semuanya tak menemui kata kesepakatan. Pada titik buntu, usulan untuk voting kedengaran. Tapi usulan voting itu sendiri tak mendapat respon positif mayoritas peserta. Kendati tak sedikit pula yang kesal karena nama oraganisasi tak jua kunjung ada kesepakatan. Saat sumpek itulah salah seorang peserta, Zamroni Ibrahim, seseorang yang agak usil, mengusulkan nama IMANGO (Ikatan Mahasiswa Bungo. Para peserta lain meledak dalam tawa. Mereka tak percaya ada usulan nama yang begitu riskan, tak sedap di telinga. Presidium sidang otomatis memperingatkan Zamroni Ibrahim yang terkesan agak main-main. Tapi, Zamroni Ibrahim sendiri tidak menganggap itu main-main. Ia hanya tahu dan menganggap nama IMANGO itu lucu, mudah diingat, mengundang kuluman senyum bagi orang yang mendengarnya. Tak lama setelah itu barulah nama HIMBOJA (HIMPUNAN MAHASISWA BUNGO JABODETABEK) naik ke permukaan. Kemudian, nama Himboja bersanding dengan beberapa nama lain untuk proses voting. Hasilnya, Himboja mendapatkan suara terbanyak.

Sidang paripurna berlanjut sampai pukul 03.00 WIB dini hari. Karena sudah terlalu larut malam, sidang terpaksa di-pending oleh presidium sidang. Barulah pukul 08:00 WIB pagi, sidang kembali dilanjutkan. Pada sesi pemilihan ketua umum HIMBOJA—setelah melalui beberapa proses, Armidis—seorang mahasiswa muda dari Lubuk Mengkuang, diangkat sebagai Formateur secara aklamasi oleh peserta sidang.

Pada akhir acara, Formateur terpilih pun berpesan kepada peserta sidang;

“Kawan-kawan marilah basamo kita bangun kabupaten kito, sayo yakin tanpa kawan-kawan aku bukanlah siapo-siapo, untuk itu aku mengajak kawan-kawan untuk berjuang basamo, Yakin Usaha Sampai!”.

Dengan berakhirnya sambutan Formateur HIMBOJA periode 2010/2011 maka berakhir pula acara Mubes himpunan mahasiswa Bungo Jabodetabek. Semoga apa yang kita cita-citakan kelak akan bertemu dengan harapan sesuai dengan yang kita inginkan. Amin.

Inilah sekilas secara sederhana sejarah pembentukan HIMBOJA

Mudah-mudahan semangat ini tak pernah luntur dari hati kita semua


Tim Penulis

(Budi & Zamie)

0 komentar:

Posting Komentar

Share |
 
Copyright 2009 Weblog Himboja. Powered by Blogger Blogger Templates create by Deluxe Templates. WP by Masterplan